Asistensi Calon Mitra TFCA Sumatera

Asistensi Calon Mitra TFCA Sumatera

Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA-S) membuka Siklus Hibah 8 (SH-VIII) untuk mendukung implementasi Rencana Tindakan Mendesak (RTM) guna menyelamatkan populasi dan habitat Gajah Sumatera. Saat ini, proses pemberian hibah kepada calon mitra yang disetujui telah memasuki tahap akhir.

Ada 4 inisiatif konsorsium yang telah mendapatkan komitmen dukungan hibah dari TFCA-S untuk bekerja dalam rangka penyelamatan populasi Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatrensis) di wilayah tengah Sumatera. Untuk melanjutkan ke tahap Perjanjian Penerimaan Hibah (PPH), perlu menyesuaikan dokumen perencanaan proyek berdasarkan rekomendasi Oversight Committee (OC) TFCA Sumatera, SOP dan format-format, serta kaidah penulisan dokumen perencanaan proyek.

Dari 4 inisiatif tersebut, dua di antaranya memerlukan asistensi dari Pundi Sumatra selaku fasilitator wilayah dalam penajaman proposal. Konsorsium Bentang Seblat, yang merupakan kerjasama dari beberapa NGO di Bengkulu seperti Kanopi, Genesis, Lingkar Inisiatif, dan salah satu personal Pemerhati Kehutanan dari UNIB, akan bekerja di koridor yang menghubungkan Taman Wisata Alam Seblat dengan Taman Nasional Kerinci Seblat. Kemudian, ada konsorsium RSF-HIPAM (Rimba Satwa Foundation-Himpunan Penggiat Alam) yang bekerja di lanskap Giam Siak Kecil dan Balai Raja, Provinsi Riau.

Berdasarkan informasi dari Konsorsium Bentang Seblat, populasi gajah di koridor antara TWA dengan TNKS kian menipis dan keberadaannya semakin terancam. Selain penurunan kualitas genetik gajah yang menyebabkan rentan terhadap kematian, hewan besar berbelalai tersebut menghadapi masalah sangat serius terkait dengan viabilitas yang rendah, di antaranya: lemahnya penegakan hukum terhadap perburuan satwa, stigma gajah sebagai hama, perambahan dan fragmentasi hutan yang menyempitkan habitat/ruang jelajah gajah, serta lemahnya kemampuan masyarakat dalam mitigasi konflik di lapangan. Akibatnya, terdapat beberapa kasus kematian gajah dari 2015 sampai 2020, serta beberapa konflik antara gajah dengan masyarakat desa dan perusahaan.

Senada dengan permasalahan di koridor antara TWA dan TNKS, di koridor yang menghubungkan lanskap Giam Siak Kecil dengan Balai Raja juga terjadi alih fungsi hutan yang menyebabkan menyempitnya ―bahkan hilangnya― ruang jelajah dan habiat gajah Sumatra. Satu hal baru yang harus menjadi perhatian adalah terdapatnya jalur toll trans Sumatra di daerah koridor tersebut, berdasarkan informasi dari Konsorsium RSF-HIPAM ada satu insiden antara pengendara yang melewati jalan toll dengan gajah yang sedang bermigrasi dan menyerobot ke jalur kendaraan.

Meskipun sudah dibuat terowongan khusus sebagai jalur lintasan untuk satwa terancam punah tersebut, masih ada beberapa hal teknis yang harus dipersiapkan, seperti system peringatan dini (Early Warning System) bagi pengendara. Ringkasnya jalur alami antar habitat gajah terputus, sehingga gajah pun “nyasar” ke toll, perkebunan dan perkampungan, dan terjadilah konflik. Pemasangan jerat, pengusiran dan pembuatan barrier menjadi jalan keluar sepihak yang diambil dan justru menjadi ancaman terhadap ruang hidup gajah itu sendiri.

Berangkat dari permasalahan di atas, 2 NGO di Bengkulu dan Riau ini mengakses siklus hibah VIII yang TFCA-S buka. Di tahap inilah Pundi Sumatra selaku fasilitator wilayah regional tengah-selatan memainkan perannya agar komitmen tersebut dapat dilanjutkan ke tahap Perjanjian Penerimaan Hibah (PPH). Administrator TFCA-S melakukan penajaman proposal sebagai tahap penting untuk memastikan usulan mitra menjawab permasalahan dengan logis dan memiliki output yang dapat terukur.

Mereka memperjelas wilayah usulan proyek, mempertajam analisa masalah dan tujuan proyek, serta membantu mitra dalam beberapa penyesuaian dokumen perencanaan proyek berdasarkan rekomendasi Admin TFCA-Sumatera. Mereka menuangkan Kerangka Kerja Logis (LFA), Rencana Kerja (Work Plan), PMP (Performance Monitoring Plan), RAB (Rencana Anggaran Biaya), dan Cash Flow-nya.

Setelah mengasistensi proposal, faswil akan melanjutkan mandatnya sebagai perpanjangan tangan dari administrator TFCA-S dengan mengasistensi pengelolaan program serta keuangan, meningkatkan kapasitas mitra, mengembangkan produk-produk pembelajaran di lapangan, dan memastikan dukungan parapihak berlangsung selama pelaksanaan program mitra.