Menjaga Tradisi, Memperkuat Pangan Komunitas Suku Anak Dalam (SAD)

Menjaga Tradisi, Memperkuat Pangan Komunitas Suku Anak Dalam (SAD)

Pundi Sumatra berupaya untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan teknis budidaya dalam mengembangkan sumber-sumber ekonomi alternatif bagi komunitas adat dalam menghadapi perubahan zaman dan situasi lingkungan tersebut.

Ketahanan pangan menjadi isu krusial di tengah perubahan iklim yang semakin nyata, terutama bagi komunitas-komunitas adat seperti Suku Anak Dalam (SAD) Jambi. Komunitas ini hidup dengan tradisi yang sangat bergantung dengan hutan. Sejak dulu mereka menjadikan hutan sebagai sumber pangan, tempat tinggal, dan tempat untuk melakukan ritual atau tradisi turun temurun dari nenek moyang. Hingga kini hutan masih menjadi tempat mereka untuk mencari obat-obatan tradisional dan juga sebagai sumber ekonomi. Ketergantungan ini menunjukkan betapa pentingnya hutan bagi keberlangsungan hidup mereka.

Namun sekarang mereka menghadapi situasi baru: perubahan cuaca ekstrim, berkurangnya hasil hutan, dan deforestasi yang mengakibatkan ruang hidup mereka menyempit. Dulu, mereka bisa dengan mudah mengumpulkan buah-buahan, berburu hewan, dan memanfaatkan tumbuhan liar. Sekarang, sumber daya tersebut semakin sulit ditemukan dan memaksa mereka untuk mencari alternatif.

Beberapa dari mereka mulai menjalankan ekonomi seperti yang dilakukan masyarakat desa, yaitu berkebun. Namun keterbatasan sumber daya seperti pengetahuan, keterampilan, dan akses lahan kerap kali menjadikan hasil dari kegiatan tersebut tidak optimal. Situasi ini yang coba di jawab melalui program pemberdayaan sejak tahun 2014 lalu, dimana Pundi Sumatra berupaya untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan teknis budidaya dalam mengembangkan sumber-sumber ekonomi alternatif bagi komunitas adat dalam menghadapi perubahan zaman dan situasi lingkungan tersebut.

Kondisi Komunitas Suku Anak Dalam

Memasuki tahun 2024, Pundi Sumatra melakukan perluasan wilayah pendampingan kepada tiga rombong komunitas Suku Anak Dalam yang berada di kecamatan Bathin VIII Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Kegiatan pemberdayaan ini didukung oleh lembaga International Fund for Agricultural Development (IFAD) melalui program Indigenous Peoples Assistance  Facility (IPAF).  Tiga rombong tersebut adalah komunitas Suku Anak Dalam rombong Juray yang berlokasi di Desa Pematang Kejumat, rombong Lintas di Desa Sukajadi, dan rombong Nurani di Desa Pulau Lintang.

Sebagai komunitas adat yang sering mendapatkan stigma buruk, Suku Anak Dalam masih sulit mengakses fasilitas dari negara. Bantuan-bantuan sosial yang harusnya menyasar kelompok rentan seperti mereka, justru jarang mereka dapatkan. Selain itu, sulitnya ekonomi serta akses pendidikan formal menjadikan hampir keseluruhan dari komunitas adat ini putus sekolah. Sulitnya mendapatkan hak dan akses terhadap layanan pemerintah, di perburuk dengan sulitnya komunitas memenuhi kebutuhan sumber pangan untuk bertahan hidup.

Permukiman Komunitas di Desa Sukajadi. Dok : Pundi Sumatra
Permukiman Komunitas di Desa Sukajadi. Dok : Pundi Sumatra

Berdasarkan pendataan awal, rata-rata kelompok adat ini mengkonsumsi beras yang mereka beli dari pasar, dengan pola makan tidak menentu karena sangat bergantung dari besarnya pendapatan yang mereka peroleh. Hanya sebagian kecil yang memiliki lahan terbatas, dan mencoba menanam padi ladang serta sayur-sayuran, namun tentu saja panen yang dihasilkan kurang optimal.

Sebagian ruang hidup mereka terhimpit pada lahan-lahan milik masyarakat desa yang sudah menjadi perkebunan sawit. Sumber daya hutan yang hilang ini perlahan merubah mata pencarian masyarakat adat tersebut.

Untuk komunitas yang tidak punya lahan, mereka terpaksa memungut brondolan buah sawit milik warga yang jatuh dan kemudian menjualnya. Dikumpulkan berhari-hari kemudian dijual. Bahkan 1 tahun terakhir, mereka mulai keliling mencari barang rongsokan untuk memenuhi kebutuhan hidup ,” tutur Hesti selaku pendamping dari Pundi Sumatra.

Mengatasi keterbatasan pangan dan masalah ekonomi pada Suku Anak Dalam memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan berbagai pihak.  Fasilitasi ini tentunya juga membutuhkan proses yang tidak sebentar, dan program atas dukungan IFAD; bertujuan menjawab permasalahan tersebut

Program Pelibatan dan Pemberdayaan Komunitas

Untuk mendorong ketercapaian program, Pundi Sumatra melakukan pendekatan partisipatif dengan memastikan bahwa setiap anggota komunitas Suku Anak Dalam terlibat langsung dalam perencanaan dan pelaksanaan program.

 

Sosialisasi Program Kepada Komunitas. Dok: Pundi Sumatra
Sosialisasi Program Kepada Komunitas. Dok: Pundi Sumatra

Pelaksanaan program di mulai dari audiensi dan mensosialisasikannya ke berbagai pihak, mulai dari pemerintah daerah, pemerintah kecamatan, Desa termasuk juga komunitas SAD sebagai penerima manfaat program. Perencanaan program juga diperkuat dengan kegiatan pendataan dan pemetaan wilayah ruang, untuk memastikan situasi, potensi dan minat warga dalam pengembangan kegiatan ekonomi yang akan dilakukan.

Implementasi program dalam aspek pengembangan sumber pangan, yang akan dilakukan bersama dengan komunitas adalah, mengembangkan demplot Pertanian Berkelanjutan melalui kegiatan sekolah lapang,  dimana dalam kegiatan ini Pundi Sumatra akan menerapkan sistem agroforestri yang memungkinkan masyarakat menanam tanaman pangan (semusim) dan tanaman tahunan agar tetap mempertahankan keseimbangan dan keanekaragaman hayatinya. Selain pertanian, Pundi Sumatra juga akan mendorong pengembangan ekonomi melalui aspek peternakan dan mengembangan kerajinan/handycraft pada kelompok perempuan.

Program pengembangan sumber pangan dan mendorong diversifikasi pangan tersebut, tentunya tidak semata untuk memenuhi kebutuhan hidup harian bagi komunitas SAD.  Akan tetapi juga bertujuan memberikan income tambahan bagi keluarga dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya hutan yang semakin menipis. Untuk itu program akan juga mengintervensi pada aspek kelembagaan usaha dan membuka akses pasar bagi produk-produk yang komunitas nantinya hasilkan. Point-point itu merupakan beberapa tujuan utama dalam pelaksanaan program ini.

Membuat kerajinan sapu lidi dari Pelepah Daun sawit, merupakan aktivitas Kelompok Perempuan SAD Desa Sukajadi. Dok: Pundi Sumatra
Membuat kerajinan sapu lidi dari Pelepah Daun sawit, merupakan aktivitas Kelompok Perempuan SAD Desa Sukajadi. Dok: Pundi Sumatra

Ketahanan pangan bagi Suku Anak Dalam bukan sekedar mencukupi gizi keluarga, tetapi tentang mempertahankan identitas budaya dan kelangsungan hidup mereka di tengah tantangan global yang semakin mendesak.

Kolaborasi dalam program IPAF ini bukan hanya tentang penyediaan material bagi komunitas Suku Anak Dalam, tetapi juga tentang membangun kapasitas dan kemandirian komunitas. Melalui pendekatan tradisi dan pengetahuan lokal, diharapkan ketahanan pangan Suku Anak Dalam tidak hanya bisa bertahan, namun berkembang untuk generasi yang akan datang.