Membangun Kemandirian Pangan Melalui Sekolah Lapang Pertanian

Membangun Kemandirian Pangan Melalui Sekolah Lapang Pertanian

Dengan dukungan IPAF ini kita berupaya mengembangkan sumber-sumber ekonomi produktif lain dan memberikan peningkatan kapasitas teknis pada Suku Anak Dalam agar dapat melakukan kegiatan bercocok tanam, berternak maupun mengembangkan ekonomi melalui ekraf nya”

Membangun Kemandirian Pangan Melalui Sekolah Lapang Pertanian 

Sekolah lapang adalah salah satu pendekatan program yang Pundi Sumatra lakukan untuk meningkatkan keterampilan teknis budidaya pada Suku Anak Dalam (SAD) untuk kegiatan bertani, beternak ataupun berkebun. Kegiatan ini layaknya pendidikan non formal bagi komunitas yang dilakukan dengan memaksimalkan praktek dan memodifikasi kegiatan dengan study banding, share learning atau pun menghadirkan praktisi untuk memberikan asistensi.  Melalui dukungan dari program Indigenous Peoples Assistance Facility (IPAF), Pundi Sumatra berupaya untuk meningkatkan kemandirian pangan dengan pengembangan ekonomi alternatif bagi komunitas. Dimana untuk mencapai tujuan tersebut, komunitas Suku Anak Dalam akan memperoleh peningkatan kapasitas teknis budidaya, dalam kegiatan Sekolah Lapang pertanian/peternakan/perkebunan  yang akan dijalankan melalui beberapa series kegiatan.

Bertepat pada tanggal 19 Mei 2024, komunitas Suku Anak Dalam Desa Limbur Tembesi dan Desa Sukajadi Kecamatan Bathin VIII kabupaten Sarolangun, mengadakan kegiatan Gotong Royong (Mutual Assistance) untuk mempersiapkan lahan yang akan digunakan komunitas untuk mengembangkan demplot pertanian. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh anggota komunitas, tidak terkecuali anak-anak dan kelompok perempuan.

Kegiatan Gotong Royong untuk Persiapan Sekolah Lapang Pertanian. Dok: Pundi Sumatra
Kegiatan Gotong Royong untuk Persiapan Sekolah Lapang Pertanian. Dok: Pundi Sumatra

Beberapa hari sebelum agenda ini berlangsung, tepatnya pada tanggal 14 Mei 2024 lalu, tim Fasilitator Lapangan telah mengadakan pertemuan dengan komunitas untuk membahas rencana pelaksanaan teknis dari kegiatan Sekolah Lapang ini. Pada diskusi tersebut fasilitator juga sempat menyisipkan ajakan pada warga,  untuk mulai mengelola limbah rumah tangganya dengan sistem pemisahan antara limbah organik dan non organik agar sampah bisa di olah kembali serta membuat lingkungan pemukiman lebih bersih dan sehat.

Kegiatan penyiapan lahan untuk demplot sekolah lapang pertanian ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan gotong royong warga di lokasi pemukiman.  Kegiatan diawali dengan menentukan lokasi pembuatan lubang sampah yang nantinya akan menampung seluruh sampah rumah tangga dari warga SAD di pemukiman tersebut. Sedangkan pembersihan gulma pada lahan calon lokasi demplot, dilakukan warga dengan penyemprotan herbisida.

Aktivitas Gotong Royong di Komunitas Suku Anak Dalam. Dok: Pundi Sumatra
Aktivitas Gotong Royong di Komunitas Suku Anak Dalam. Dok: Pundi Sumatra

Di Komunitas Suku Anak Dalam Desa Limbur Tembesi sebelumnya telah memanfaatkan beberapa lahan di sekitar pemukiman untuk menanam padi ladang, seperti yang dilakukan oleh Tumenggung (sebutan untuk ketua rombong di setiap komunitas) Juray serta beberapa anggota komunitasnya.

Kalau tanam padi hanya beberapa orang saja, lahannya juga tidak luas, kurang dari 200 meter persegi untuk tiap orang. Ditanam di belakang rumah mereka,” ujar Arief selaku fasilitator lapangan Pundi Sumatra. Selain padi, mereka juga menanam tanaman jagung serta ubi kayu yang hasil panennya dikonsumsi sendiri. Arief menceritakan bahwa saat ini komunitas juga mencoba untuk menanam sawit sebagai sumber ekonomi, namun hasilnya kurang optimal karena tidak menggunakan bibit yang berkualitas dan tidak ada aspek pemeliharaan yang optimal pada pohon sawit yang di tanam.

Tidak jauh berbeda dengan Desa Limbur Tembesi, sebagian komunitas Suku Anak Dalam di Desa Pulau Lintang juga menanam tanaman sawit dan pohon karet di lahan kebunnya. Selain hasil panen yang kurang optimal, seringkali hasil kebun mereka dihargai sangat rendah di toke pengumpul.

Ini yang membuat mereka sulit memenuhi kebutuhan dapur rumah tangga,” jelas Arief.

Sedangkan di Desa Sukajadi, komunitas ini bahkan sama sekali tidak memiliki pengalaman dalam bercocok tanam karena warga tidak memiliki lahan kebun dan sepenuhnya masih bergantung dari aktifitas berburu, mencari buah brondol sawit atau mengambil hasil hutan bukan kayu yang bisa di jual.

Dengan dukungan IPAF ini kita berupaya mengembangkan sumber-sumber ekonomi produktif lain dan memberikan peningkatan kapasitas teknis pada Suku Anak Dalam agar dapat melakukan kegiatan bercocok tanam, berternak maupun mengembangkan ekonomi melalui ekraf nya” ujar Dewi, CEO Pundi Sumatra.

Program IPAF yang telah dimulai sejak tahun 2024 ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, kemandirian, dan kualitas hidup masyarakat adat di berbagai wilayah, termasuk di komunitas Suku Anak Dalam Jambi. Melalui dukungan program tersebut, Pundi Sumatra berupaya meningkatkan kemandirian pangan dan pengembangan ekonomi dengan mendukung praktik-praktik usaha pertanian, perkebunan dan perikanan yang efisien dan berkelanjutan, serta memanfaatkan pengetahuan dan kearifan lokal komunitas dalam pengelolaan sumber daya alamnya.