Training Jurnalis; Pelibatan Pers Kampus Sebagai Roda Penggerak Kerja Konservasi

Training Jurnalis; Pelibatan Pers Kampus Sebagai Roda Penggerak Kerja Konservasi

Pers dalam peradaban manusia memainkan fungsi yang fundamental, seperti pendidikan, sumber informasi, hiburan, dan kontrol sosial, sehingga dapat mempengaruhi atau menciptakan opini publik (komunikasi massa). Perkembangan pesat pers sejak dulu melahirkan kelompok mahasiswa yang penuh inisiatif untuk menyebarkan kebenaran. Pada awal tahun 1914-1941, bertepatan dengan munculnya gerakan kebangkitan nasional, berbagai nama pers mahasiswa mulai bermunculan dan fokus menyebarkan ide-ide perubahan. Pada penghujung tahun 1950, pers mahasiswa mengalami peningkatan signifikan hingga saat ini.

Di beberapa perguruan tinggi Indonesia, pers kampus telah berkembang menjadi unit kegiatan mahasiswa (UKM) dan berperan sebagai penyebar informasi yang dapat dipercaya. Menyadari fungsi dan besarnya keterlibatan pers kampus sebagai penggerak di lingkungan akademik, Pundi Sumatra sebagai fasilitator wilayah tengah untuk TFCA Sumatera mengadakan Training Jurnalistik Konservasi Bagi Generasi Muda Kampus di Provinsi Riau pada 16 – 19 Maret 2023.

Training yang terlaksana atas dukungan dari Tropical Forest Conservation Action for Sumatera (TFCA-S) tersebut, mengundang perwakilan Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) dari lima kampus di Pekanbaru, yaitu LPM Bahana Mahasiswa – Universitas Riau (UNRI), LPM Gagasan – Universitas Islam Riau (UIR), LPM Visi – Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), LPM Aklamasi – Universitas Lancang Kuning (UNILAK), dan LPM Aksara – UIN Suska Riau.

Training yang dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor III UNRI, Bapak Dr. Hermandra, S.Pd., MA. menyatakan apresiasinya atas kegiatan yang Faswil TFCA-S selenggarakan. Dalam sambutannya beliau berpesan agar peserta melalui LPM masing-masing dapat terus meningkatkan daya kritis dan inovasi komunikasinya, serta ikut mendukung gerakan peduli konservasi dan penyelamatan satwa liar sebagaimana materi yang diberikan. Substansif yang kurang lebih sama juga di sampaikan oleh BBKSDA Riau,  administrator TFCA Sumatera, dan Rimba Satwa Foundation (RSF) selaku tuan rumah untuk kegiatan praktek lapang.

Sambutan Bapak Dr. Hermandra, S.Pd., MA
Sambutan Bapak Dr. Hermandra, S.Pd., MA dalam kegiatan Jurnalis Muda Kampus

Mewakili panitia penyelenggara, Damsir Chaniago dalam sambutannya menyampaikan bahwa jurnalis kampus merupakan jembatan penghubung antara sebuah kebenaran dengan masyarakat, sehingga mereka perlu ditingkatkan kapasitasnya.

Generasi muda punya kemampuan cepat dalam menyebarkan informasi ke khalayak ramai, yang penting itu adalah yang disampaikan benar dan dapat menggerakan kebijakan,” ujarnya dalam sesi diskusi.

Kerja-kerja konservasi yang kini tengah dilakukan oleh banyak pihak membutuhkan bantuan generasi muda untuk ikut mempromosikan dan mempublikasikannya. Dengan penguasaan teknologi komunikasi yang berkembang, generasi muda mampu mengemas dan menyampaikan informasi-informasi yang ada dengan cara yang menarik dan kekinian. Generasi muda ini juga diharapkan dapat melanjutkan tongkat estafet bagi berkembangnya jurnalis-jurnalis lingkungan baru di tanah air.

 

Pengetahuan Awal tentang Konservasi

Untuk menyamakan persepsi tentang konservasi lingkungan, peserta diberikan pengetahuan tentang kerja konservasi yang dilakukan oleh BBKSDA Riau, TFCA-S, dan RSF. BBKSDA Riau dalam presentasinya memaparkan tentang 36 kasus interaksi negatif satwa yang telah mereka tangani. Menurut data, jumlah konflik terbanyak ada di Kabupaten Pelalawan. Kabupaten Rokan Hilir paling minim konflik. Hal tersebut disampaikan Plt. Kepala Seksi Konservasi Wilayah IV BBKSDA Gunawan.

Selain itu Gunawan juga menjelaskan ada upaya mendasar untuk konservasi melalui 3M. Mulai dari mutual respect atau kepedulian, mutual trust atau menjaga kepercayaan, dan mutual benefit atau memberi manfaat. Menurutnya konservasi tidak seperti eksakta. Konservasi harus dilakukan lintas batas, humanis, dan memberi manfaat pada masyarakat.

Selanjutnya, Yudha Arif Nugroho memaparkan tentang tugas dan peran TFCA Sumatera, diantaranya adalah penguatan kelembagaan dan upaya intervensi, bagaimana memastikan penguatan masyarakat serta komunitas lokal sejalan dengan upaya konservasi, perlindungan satwa, dan pengelolaan hutan.

Suasana Pelatihan jurnalis muda kampus. Dok. Pundi Sumatra
Suasana Pelatihan jurnalis muda kampus. Dok. Pundi Sumatra

Terakhir, peserta mendapatkan materi dari Rafhi Hardanto, selaku staf RSF yang menceritakan pengalaman RSF dalam konservasi gajah dan habitatnya di Balai Raja dan Giam Siak Kecil, mulai dari manajemen pemanfaatan lahan, Kelompok Tani Hutan, agroforestri, pendampingan masyarakat, serta sistem early warning yang mereka lakukan bersama masyarakat.

 

Penyusunan Feature dan Video Jurnalistik

Kamis siang (16/03) Winahyu Dwi Utami dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pekanbaru memaparkan materi tentang penyusunan straight news dan feature. Winahyu menjelaskan lebih dalam bahwa tulisan haruslah mengandung nilai kemanusiaan serta seberapa besar dampak yang diberikan. Kemenarikan tulisan juga dilihat dari aspek konflik atau permasalahan yang diangkat.

Penulisan feature yang disampaikan oleh Winahyu berfokus pada tulisan in deep, artinya tulisan yang membahas lebih dalam suatu peristiwa.

Feature ini anggap seperti kita sedang bercerita. kita menggunakan semua panca indra kita, mengamati lingkungan dan membuat setiap kalimat saling mengalir,” tuturnya.

penyampaian materi dan sesi tanya jawab dengan para peserta. Dok. Pundi Sumatra
penyampaian materi dan sesi tanya jawab dengan para peserta. Dok. Pundi Sumatra

Berdasarkan hasil survei awal yang diisi oleh peserta, tulisan straight news masih mendominasi gaya peliputan kelima lembaga pers tersebut. Namun beberapa dari peserta, menurut Winahyu telah mampu menyusun lead berita yang menarik. Training hari pertama berakhir pada pukul lima sore usai sesi diskusi dan tanya jawab oleh peserta.

Hari kedua (17/03), materi Video Jurnalistik disampaikan oleh Hermawan Hariadi pendiri Siak Video. Video Jurnalistik merupakan serangkaian gambar yang berisi informasi atau peristiwa. Hermawan menyampaikan tentang seberapa penting video jurnalis dapat menyampaikan informasi secara cepat. Menurutnya pesatnya perkembangan sosial media baik Instagram, Facebook, YouTube, dan Tiktok kini didominasi oleh gambar bergerak atau video.

Hermawan juga menjelaskan tentang teknik-teknik pengambilan gambar agar menarik untuk ditonton. Ada tiga tahap untuk proses pembuatan video, yaitu pra produksi, produksi dan pasca produksi. Selain itu ia juga menyebutkan komponen-komponen penting pada pengambilan video, seperti audio.

“Saya pernah ditanya beli mic di mana, nggak ada yang jual. Ini saya buat sendiri,” ujarnya sambil menunjukkan mikrofon yang pernah ia buat sendiri saat meliput perjalanan di atas perahu. Hasil dari pelantang suara tersebut dapat membuat suara penyiar berita lebih terdengar jelas dibanding mesin perahu yang berisik.

 

Mengintip Lokasi Kerja Mitra TFCA Sumatera

Sebelum menyelesaikan kegiatan training, peserta diajak untuk menyambangi lokasi kerja RSF di Duri, tepatnya di sekitar area konservasi PT Kojo, Kelompok Tani Hutan, Agroforestri, dan Underpass Gajah Codet di perlintasan Tol Permai KM 60 – KM 75 pada hari ketiga pelatihan (18/03).

Peserta dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok akan mengunjungi lokasi yang berbeda guna menghasilkan produk jurnalistik yang beragam. Selain peserta training, ada BKSDA resort Duri, tim RSF, tim faswil, dan masyarakat lokal yang menjadi narasumber untuk mendapatkan sumber informasi. Setiap kelompok juga akan didampingi oleh satu orang mentor yang ahli di bidang jurnalistik untuk mengarahkan peserta selama proses peliputan di lapangan.

Selama dua jam setengah para peserta telah merampungkan kegiatan peliputan di masing-masing lokasi. Saat matahari tepat di atas kepala, seluruh peserta berkumpul di bawah menara pantau gajah yang tak jauh dari lokasi PT Kojo yang tingginya mencapai 500 meter. Peserta segera mengambil posisi duduk di bawah pohon yang rindang. Mereka kemudian berdiskusi singkat tentang pengalaman kunjungan. M.Sutono selaku tim faswil tengah dari TFCA Sumatera sampaikan agar generasi milenial harus lebih peduli pada kelestarian alam. Juga diperlukan jurnalis muda yang peduli terhadap konservasi. Tentunya alam akan memberi dampak positif bagi makhluk hidup lainnya.

“Dengan berbicara hanya beberapa orang yang terpengaruh, tapi dengan sebuah tulisan dapat mempengaruhi jutaan pembaca. Jadilah jurnalis yang menghasilkan tulisan yang berdampak positif bagi pembacanya,” tutup Sutono.

Peserta terlibat langsung dalam sesi wawancara dengan Kelompok Petani dampingan Mitra RSF. Dok. Pundi Sumatra
Peserta terlibat langsung dalam sesi wawancara dengan Kelompok Petani dampingan Mitra RSF. Dok. Pundi Sumatra

Kegiatan praktek lapangan tersebut berakhir pukul tiga sore. Perjalanan pulang ditempuh melalui jalan Tol Permai dengan waktu dua jam setengah.

Memasuki hari terakhir pelatihan (19/04) para peserta dikumpulkan kembali untuk bersama-sama mereview hasil tulisan dan video jurnalistik yang telah dibuat. Totalnya ada enam tulisan dan tiga video jurnalistik. selama waktu setengah hari di Kafe Kopi Tanah Merah, Winahyu kembali menuntun peserta untuk memperbaiki hasil produk jurnalistik peserta.

Kegiatan ditutup oleh Syafrizaldi, selaku badan pengurus Pundi Sumatra. Ia telah lama menyelami dunia jurnalis. Pesannya kepada peserta training hari itu adalah untuk tidak pernah bosan dalam belajar dan mencari pengalaman di usia yang muda.