Menggali Potensi Kader Suku Anak Dalam, Pundi Sumatra Gelar Pelatihan Komunikasi
Selama proses pemberdayaan di komunitas Suku Anak Dalam (SAD) yang dilakukan, Pundi Sumatra membagi komunitas tersebut menjadi bagian-bagian tertentu untuk mempermudah implementasi berbagai macam pendekatan. Misalnya kelompok perempuan dan kelompok pria yang tentunya berbeda cara pendekatan dan komunikasi yang dilakukan. Ketika berbicara dan berdiskusi dengan kelompok pria, fasilitator lapangan akan lebih banyak bicara tentang cara memaksimalkan hasil panen, atau tentang usaha ekonomi lainnya. Sedangkan dengan kelompok perempuan, fasilitator tentunya akan banyak berdiskusi tentang ketersediaan air bersih, peningkatan pengetahuan dan kesadaran perempuan terhadap kesehatan, serta pendidikan anak.
Diantara kedua kelompok gender tersebut, Pundi Sumatra kemudian membagi mereka lagi dalam sebutan kader Suku Anak Dalam (SAD). Kader pada komunitas tersebut adalah orang yang dipercaya mampu melanjutkan dan melaksanakan tugas-tugas pemberdayaan kepada kelompoknya masing-masing. Pemilihan kader berdasarkan keaktifan atau seberapa besar antusias mereka dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Pundi Sumatra di lokasi permukiman.
“Potensi diri serta latar belakang pendidikan yang mereka miliki juga jadi pertimbangan pemilihan kader,” terang Yori selaku koordinator program sudung.
Berperan sebagai inisiator dalam lingkup komunitas mereka, tentu saja para kader tersebut perlu dibekali keterampilan khusus agar dapat menjalankan perannya. Untuk menunjang tugasnya, kader perlu memahami bagaimana melakukan komunikasi dan diskusi secara efektif kepada pihak-pihak tertentu.
Menyadari hal itu, Pundi Sumatra memberikan Pelatihan Teknik Diskusi dan Etika Komunikasi Efektif untuk Kader SAD pada 13 – 15 Mei 2023 lalu. Pelatihan yang berlangsung di Hotel Rumah Kito tersebut diikuti oleh 12 orang kader dari rombong Jurai dan Badai. Dengan dukungan program Estungkara, pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi peserta, khususnya dalam menyampaikan pendapat, mengajukan pertanyaan, serta memberikan argumen secara jelas dan persuasif.
Pada hari pertama, pelatihan etika komunikasi diisi oleh Shafira Deiktya Emte selaku Duta Bahasa Provinsi Jambi 2021. Sebelum memberikan materi, Shafira membacakan sebuah puisi untuk memancing perhatian peserta. Tampaknya, Amira – kader SAD dari Desa Dwi Karya Bakti Bungo tertarik dengan puisi. Amira berani membacakan puisi karangannya yang berjudul “Menggapai Impian” di depan para peserta. Puisi ini rencananya akan dibaca Amira pada kegiatan Talk Show yang diadakan AJI Kota Jambi dalam rangka memperingati Hari Kebebasan Pers Nasional.
Pertama kali mengisi kelas dengan materi komunikasi sederhana, Syafira awalnya mengaku kesulitan untuk menciptakan komunikasi dua arah. Ia coba gunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti dan penjelasan-penjelasn dengan contoh yang menarik.
“Ini tantangan karena saya harus membuat mereka fokus dan perhatian. Tapi akhirnya peserta jadi berani tampil ke depan dan bicara kan,” tuturnya. Lebih lanjut, Syafira memberikan salah satu cara menarik minat mereka adalah dengan mengatur nada bicara dan intonasi yang tepat agar menarik untuk didengar.
Sesi kedua dilanjutkan dengan Teknik Diskusi Sederhana oleh AJI Kota Jambi. Rara Khsushsoh Azzaro menyampaikan materi mengenai pengertian diskusi, tujuan diskusi, serta teknik-teknik dasar dalam berdiskusi. Sebagai persiapan untuk praktik, kedua belas peserta dibagi menjadi dua kelompok. Mereka diberikan pendekatan dan metode simulasi yang membantu mereka mempraktikkan keterampilan komunikasi dalam lingkungan yang mendukung. Melalui diskusi kelompok, permainan peran, dan presentasi, peserta dapat mengasah kemampuan mereka dalam menyampaikan gagasan dengan jelas, memberikan argumen yang meyakinkan, serta bertanya secara efektif.
Hasil dari pembagian peran tersebut menurut Novita selaku salah satu narasumber adalah setiap kader telah memiliki potensi untuk menyampaikan permasalahan dan keterbatasan yang terjadi, namun mereka masih memerlukan dorongan dan bantuan dari fasilitator lapangan selaku pendamping.
Pelatihan ini merupakan langkah penting dalam memberikan wadah bagi kader SAD untuk mengembangkan kepercayaan diri dan keberanian mereka dalam berbicara di depan forum. Dalam pelatihan yang berlangsung dengan aktif dan interaktif, peserta diajak untuk terlibat secara aktif dan partisipatif dalam seluruh kegiatan.
Rencana tindak lanjut dari kegiatan pelatihan ini adalah mendorong keterlibatan peserta dan membantu kader dalam merumuskan pendapat dan argumen yang mereka miliki pada kegiatan-kegiatan pertemuan multipihak mendatang.