Doc.pundisumatra

Kaum perempuan di desa-desa nun jauh di pinggir hutan, di kaki gunung, atau di bibir pantai sering kali dipersepsikan sebagai kaum yang selalu tertindas, takluk pada budaya patriarki, polos , sederhana dan lugu dalam masyarakat kita. Namun di dusun Lubuk Beringin, salah satu kampung di pinggir Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang masuk wilayah kabupaten Bungo, Provinsi Jambi, kita menemukan fakta yang berbeda dan menarik. Kita akan bertemu sekelompok perempuan yang luar biasa. Mereka, dengan kesederhanaannya mematahkan mitos mengenai perempuan Melayu kampung yang tidak mengerti apa-apa.

Mereka mungkin tidak mengerti dan tidak mengikuti perdebatan mengenai Gender Equality. Mereka bisa jadi tidak tahu apa itu capital flight. Bahkan sangat mungkin perempuan-perempuan ini tidak peduli dengan teori-teori dan juga regulasi mengenai lembaga keuangan. Tapi mereka adalah organisasi andal, Mereka adalah sekelompok jutawan tanpa mereka sadari.

Mereka mengkreasikan kegiatan “yasinan” yang biasa-biasa saja menjadi arisan, yang kemudian terus mereka kembangkan menjadi lembaga keuangan yang kuat. Mereka mampu menahan aliran modal keluar dari desa untuk berbagai keperluan bersama. Bahkan sedikit banyak mereka telah menemukan jawaban atas pertanyaan rumut mengenai keadilan gender-terutama keadilan akses dan kontrol terhadap sumber daya-dengan kaum laki-laki.

 

Penulis                                  :  Syafrizaldi

Penerbit                              :  PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun Cetak                       :  2014
Jumlah Halaman               :  177