Kader Suku Anak Dalam Dapatkan Pelatihan Pengelolaan Sosial Media

Kader Suku Anak Dalam Dapatkan Pelatihan Pengelolaan Sosial Media

Suku Anak Dalam (SAD) yang merupakan bagian dari keberagaman budaya dan sosial di Indonesia. Mereka adalah kelompok etnis yang secara historis telah hidup lama dan memiliki tradisi budaya yang unik. Memiliki kekayaan warisan budaya, saat ini Suku Anak Dalam tengah menghadapi tantangan modernisasi, yang tentu saja dapat memberi dampak negatif jika tidak mendapatkan pendampingan dan pengarahan yang tepat.  Modernisasi yang begitu masif memapar komunitas ini salah satunya adalah teknologi komunikasi berupa handphone. Smartphone kecil ini mulai marak dimiliki kelompok remaja SAD sejak pandemi covid-19.  Alih-alih untuk kebutuhan belajar online, anak-anak remaja yang bersekolah mulai meminta alat komunikasi tersebut ke orangtuanya dan mulai berselancar tanpa batas di dunia maya.

Pundi Sumatra dengan dukungan Kemitraan telah melakukan pendampingan dengan pendekatan Inklusi Sosial dan terus berupaya untuk mendorong keterlibatan serta penerimaan banyak pihak pada komunitas adat tersebut. Stigma negatif yang diberikan oleh publik, salah satunya disebabkan karena pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki tentang komunitas ini tidak cukup lengkap dan baik. Pun atas program-program pemberdayaan yang telah dilakukan, serta cerita baik yang telah dihasilkan atas intervensi program; belum banyak diketahui oleh masyarakat luas. Padahal, cerita dan perubahan baik tersebut dapat membentuk opini publik yang jika dikelola dalam produk komunikasi yang efektif dapat memobilisasi tindakan positif dan menciptakan situasi yang lebih inklusif bagi komunitas adat tersebut.

Wahyu dari Diskominfo Bungo menyampaikan etika bersosial media. Dok: Pundi Sumatra
Wahyu dari Diskominfo Bungo menyampaikan etika bersosial media. Dok: Pundi Sumatra

Untuk mengelola tantangan modernisasi dan menghimpunnya menjadi satu peluang untuk percepatan inklusi sosial, Pundi Sumatra bekerjasama dengan KOMINFO kabupaten Bungo menyelenggarakan pelatihan Pengelolaan Sosial Media kepada para kader Suku Anak Dalam dampingan Pundi Sumatra pada 21 – 22 Oktober 2023 lalu. Pelatihan ini bertujuan memberikan keterampilan pada kader dalam memanfaatkan smartphone nya untuk memproduksi produk-produk komunikasi yang dapat memperkenalkan kehidupan dan budaya mereka pada pihak luar. Pembuatan produk komunikasi ini juga sekaligus dapat mempromosikan kegiatan-kegiatan usaha ekonomi yang dirintis agar lebih dikenal dan diterima.

Sepuluh orang peserta yang terdiri dari kader SAD dan pemuda pemudi desa ini,  secara antusias mengikuti pelatihan di 2 hari tersebut.  Pada hari pertama, KOMINFO Bungo yang diwakilkan oleh Wahyu Riyadi selaku Direktur LPPL (Lembaga Penyiaran Publik Lokal) Radio Gema Bungo menyampaikan materi seputar isu-isu keamanan dan etika dalam media sosial, termasuk cara menghindari cyber crime yang marak terjadi.

“Dalam era digital saat ini, media sosial telah menjadi alat yang penting untuk mempromosikan, branding, serta berkomunikasi dengan masyarakat,” tutur Wahyu siang itu. Lebih lanjut, Wahyu juga menyampaikan beberapa hal-hal yang tidak perlu dibagikan di media sosial, seperti data pribadi, masalah pribadi, kekerasan, SARA, ujaran kebencian atau fitnah, serta informasi palsu.

“Saat ini kita sudah punya Undang-Undang ITE, mulai sekarang adik-adik harus hati-hati menulis status atau menyebarkan postingan di Facebook atau instagram. Pikirkan dulu dampak setelah kita menekan tombol bagikan itu,” jelas Wahyudi.

Wahyu memberikan arahan dan penjelasan mengenai UU ITE. Dok: Pundi Sumatra
Wahyu memberikan arahan dan penjelasan mengenai UU ITE. Dok: Pundi Sumatra

Pada hari kedua, Rara Khushshoh Azzahro dari AJI Jambi juga menjadi mentor pelatihan. Sebagai jurnalis dari Tribun Jambi, Rara membagikan pengalaman serta teknik menjadi aktor dalam video atau konten yang dibuat untuk sosial media.

“Selama di depan kamera jangan malu, karena tidak ada yang berhak menertawai kita. Sekarang semua orang dapat penghasilan dengan menjadi konten kreator,” ujar Rara.

Setelah mendapatkan materi, peserta secara berpasangan diminta untuk melakukan praktek dan memproduksi sebuah konten menarik yang akan diposting di akun sosial media. Mereka diberikan kebebasan untuk membuat konten video dengan tema apapun dan sekreatif mungkin. Dari pelatihan ini, setidaknya ada empat video yang dihasilkan dan layak untuk dipublikasikan di akun sosial media. Satu video yang cukup menarik adalah video yang disusun oleh Juliana, Siska, dan Resa yang memilih bahasa rimba dalam penyampaian materi pada video tersebut. Menurutnya dengan menggunakan bahasa rimba menjadi salah satu cara mempromosikan budaya yang dimiliki Suku Anak Dalam. Sedangkan konten video yang mereka buat adalah tentang kegiatan usaha ekonomi yang sedang dilakukan komunitas.

Praktik Pembuatan Konten oleh Peserta. Dok: Pundi Sumatra
Praktik Pembuatan Konten oleh Peserta. Dok: Pundi Sumatra

Meski strategi ini satu hal yang baru bagi mereka,  pelatihan ini kiranya dapat mendorong dan membekali kader untuk menyusun konten-konten pendek sebagai sebuah cara untuk mempromosikan dan menyampaikan informasi-informasi positif tentang komunitasnya.  Pelatihan diakhiri dengan komitmen semua peserta untuk lebih aktif membuat konten-konten positif tentang kehidupan dan kegiatan SAD dalam upaya mendorong inklusi sosial, tentunya dengan tetap memperhatikan etika dalam bersosial media.