Juliana: Suara Perempuan Suku Anak Dalam yang Menggema di Entrepreneurship Award Nasional

Juliana: Suara Perempuan Suku Anak Dalam yang Menggema di Entrepreneurship Award Nasional

“Perempuan malu-malu itu kini telah berani menggetarkan hati seluruh peserta di ruangan yang besar ini. Kala pertama bertemu, suaranya begitu kecil tak berani bertatap mata,”

Kalau bercerita tentang Juliana, orang-orang akan banyak menemukan artikel tentang dirinya sebagai seorang perempuan pertama dari komunitas Suku Anak Dalam Jambi yang berkuliah di Perguruan Tinggi. Kisahnya diceritakan sebagai sosok perempuan adat yang berani melawan tradisi dan punya tekad yang kuat dalam menggapai cita-citanya. Ratusan artikel itu menceritakan hal yang hampir sama. Namun, bagi orang-orang yang telah mengenal Juliana, ada perubahan luar biasa yang terjadi padanya dan tidak diceritakan.

Suku Anak Dalam adalah kelompok adat yang mendiami hutan Jambi. Mereka tersebar hingga ke Sumatera bagian Selatan. Sejak dulu mereka telah hidup tersembunyi dan terisolir dari dunia luar. Namun, sekitar tahum 2014  Kementerian Sosial Republik Indonesia (Kemensos RI) telah memberikan bantuan rumah kepada mereka sebagai bentuk dukungan untuk mensejahterakan komunitas adat tersebut. Meski telah bermukim, beberapa budaya dan tradisi mereka tetap dijalankan, termasuk menjaga perempuan.

Perempuan Suku Anak Dalam punya peran sebagai pengatur rumah tangga. Suara mereka menjadi paling kuat ketika berurusan dengan kemaslahatan keluarga. Namun, mereka tidak berani lantang bersuara jika di forum publik. Seperti burung dalam sangkar yang indah dipandang namun sayapnya terlipat, tak pernah merasakan kebebasan angin, terkurung dalam keindahan yang mengekang, tanpa hak untuk terbang meraih langit. Maka dari itu, sifat pemalu melekat kuat dalam kepribadian mereka. Begitulah ketika mendeskripsikan Juliana, perempuan pemalu yang begitu hati-hati dalam bersuara.

Berdiri di Atas Panggung Besar

Pada 30 Agustus 2024, Juliana berani tampil bersama perempuan-perempuan Suku Anak Dalam dari Desa Dwi Karya Bakti lainnya.  Mereka adalah Induk Ita, Induk Tuti, dan Induk Benang. Keempat perempuan ini tampil di atas panggung megah dalam acara Entrepreneurship Award LLDIKTI Wilayah X Ke-VIII 2024. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh perguruan tinggi swasta se-Indonesia dalam skala nasional. Juliana tidak hanya tampil sebagai peserta, bersama dengan tiga perempuan Suku Anak Dalam, namun mereka membawa pesan penting dari komunitasnya melalui puisi dan senandung tradisional yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Suku Anak Dalam.

Juliana dalam Balutan Kain Panjang Membacakan Puisi di Atas Panggung. Foto : Arimbi/Dok. Pundi Sumatra
Juliana dalam Balutan Kain Panjang Membacakan Puisi di Atas Panggung. Foto : Arimbi/Dok. Pundi Sumatra

Juliana membacakan puisi berjudul “Suara dari Hutan”. Puisi ini mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi hutan yang mulai menyempit, ia juga menyiratkan harapan besar akan masa depan yang lebih baik. Setiap kata yang diucapkan Juliana mengandung kekuatan, menggambarkan rasa sakit, harapan, dan perjuangan yang selama ini dialami oleh Suku Anak Dalam.

“Juliana sudah mampu menempatkan dirinya, dia berani tampil diatas panggung besar dan ditonton banyak orang. Kita melihat Juliana sudah jauh sekali berubah, ia lebih percaya diri,” tutur Dewi Yunita selaku CEO Pundi Sumatra yang telah lama mendampingi Juliana sejak sekolah dasar.

Juliana telah menjelma menjadi pribadi yang berbeda. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan dirinya untuk dapat mewakili suara perempuan Suku Anak Dalam. Pendidikan menjadi salah satu pintu untuk Juliana menggapai mimpinya. Kini Juliana sedang berada di penghujung masa studi, Gelar Sarjana Kehutanan akan segera ia raih sebentar lagi.

Universitas Muhammadiyah Jambi yang memberikan beasiswa pendidikan kepada Juliana turut terlibat dalam pemberdayaan komunitas Suku Anak Dalam. Komitmen yang diberikan pihak perguruan tinggi untuk memajukan dan membuka akses pendidikan kepada komunitas adat menjadi contoh yang seharusnya diadopsi oleh pemangku kebijakan lainnya. Pemberdayaan Suku Anak Dalam membutuhkan kerjasama para pihak yang berkelanjutan.

“Juliana ini harapannya bisa menjadi inspirasi dan motivasi untuk perempuan-perempuan dari komunitas adat lainnya.  Perempuan harus merdeka atas dirinya, berani memperjuangkan dan meraih mimpi-mimpi mereka,” tutur Dewi.